Sabtu, 24 Juli 2010

Mereka Itu, Para Ibu!


Kaget sekali aku melihat secara sepintas tayangan sebuah infotainment hari ini. Di situ terlihat Krisdayanti berangkulan mesra dengan Raul Lemos. Dan yang tak kalah mengagetkan adalah adegan ciuman bibir antara keduanya, diperlihatkan di depan puluhan wartawan, yang tentunya disiarkan ke seantero jagat!.

Kekagetanku berubah menjadi kegeraman, tatkala sang diva berujar kalau dia tidak peduli bila semua orang membencinya, yang penting Allah sayang. Argh… ini benar-benar bikin geram…! Mana mungkin Allah menyayangi hambaNya, yang jelas-jelas melanggar aturanNya? Bukankah bermesra-mesraan dan bahkan berciuman antara manusia yang tidak terikat pernikahan adalah sebuah perbuatan yang dilarang? Aih… logikanya benar-benar tidak nyambung!

Tingkah polah artis belakangan ini memang sudah sangat kebablasan. Mereka sudah sangat silau dengan popularitas. Mereka sepertinya sudah menganggap hidup ini hanya untuk hari ini, tidak untuk hari esok. Mereka juga sepertinya hanya berpikir, kalau hidupnya hanya untuknya, tidak peduli dengan orang-orang yang terkait dengannya; orangtua, anak, kakak, adik, dsb..

Aku ingin menyoroti Krisdayanti (KD) dan Cut Tari (CT). Mereka berdua adalah seorang ibu bagi anak yang dilahirkan dari rahimnya. Idealnya, seorang ibu memberikan porsi yang benar-benar penuh untuk anaknya, berupa kasih-sayang, pendidikan dan panutan. Ketiga hal inilah yang sesungguhnya menjadi penyebab seorang ibu itu menduduki posisi istimewa.

Dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad berkata ketika ditanya tentang siapa yang lebih berhak untuk dimuliakan. Beliau berujar: ibumu, ibumu, ibumu, ayahmu. Artinya, porsi ibu adalah tiga berbanding satu dengan porsi ayah. Tentu saja Nabi tidak sembarang ucap. Hal itu berdasarkan peran ideal ibu pada diri anaknya, sehingga pantas dia diberi porsi lebih seperti itu.

Nah, dalam kasus KD dan CT, apakah porsi seperti itu masih pantas dilekatkan kepada mereka? Aku tidak hendak menghakimi, tapi aku ingin mengajak kita bercermin dari kasus mereka.

Bagi kita yang sudah berumahtangga dan memiliki anak, apalagi sebenarnya yang kita pikirkan selain menyukseskan keluarga yang kita bina? Kesuksesan keluarga yang dimaksud adalah terciptanya keluarga yang harmonis; lahir dan batin. Itu semua, hanya bisa diraih melalui kesetiaan dan totalitas. Seorang ayah atau ibu, seperti yang pernah kutulis dalam “milikku seperenam“, seyogyanya tidak lagi memikirkan kebahagiaan dirinya semata. Mereka harusnya secara total memikirkan tentang kebahagiaan anak-anaknya, dan menyingkirkan egonya secara individu.

KD dan CT adalah contoh ketidaktotalan seorang ibu dalam membahagiakan anak-anaknya. Mereka terjerumus dalam jeratan hawa nafsu sesaat. Akibat ketidakmampuan mengendalikan nafsu tersebut, merekapun terpuruk dan terhinakan. Tidakkah mereka sadar, bahwa perbuatan mereka itu suatu saat akan berdampak besar bagi anak-anaknya? Bukan tidak mungkin, di lingkungannya, anak-anak mereka akan mendapatkan olok-olokan dari teman-temannya. Sungguh kasihan!

Kasus-kasus semacam ini, biangnya adalah ketidakmampuan manusia mengendalikan hawa nafsunya. Sesungguhnya, Tuhan menganugerahi kita akal tujuannya adalah untuk mengendalikan nafsu, sehingga tidak terperosok ke jurang kenistaan yang dalam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179 bahwa derajat seorang manusia yang memperturutkan hawa nafsunya itu sama seperti hewan, bahkan lebih rendah lagi.

Maka, mari selaraskan antara akal dan nafsu…

.

foto diambil dari page facebook “say no to kd

http://hardivizon.com

0 komentar:

Posting Komentar