Sabtu, 14 Agustus 2010

Seharusnya Kita Selalu Menangis


Oleh : Ustadz Abu Isma’il Muslim al Atsari

Pernahkah anda menangis -dalam keadaan sendirian- karena takut siksa Allah azza wa jalla? Ketahuilah, sesungguhnya hal itu merupakan jaminan selamat dari neraka. Menagis karena takut kepada Allah azza wa jalla akan mendorong hamba untuk selalu istiqomah di jalan-Nya, sehingga akan menjadi perisai dari api neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sampai air susu kembali kedalam teteknya. Dan debu di jalan Allah tidak akan berkumpul dengan asap neraka Jahannam.” [1]

Mengapa Harus Menangis?
Seorang Mukmin yang mengetahui keagungan Allah azza wa jalla dan hak-Nya, setiap dia melihat dirinya banyak melalaikan kewajiban dan menerjang larangan, akan khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan siksa Allah azza wa jalla kepadanya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini- maka lalat itu terbang.” [HR.Tirmidzi no.2497 dan dishohihkan oleh al Albani rahimahullah]

Ibnu Abi Jamrah rahimahullah berkata, “Sebabnya adalah karena hati seorang Mukmin itu diberi cahaya. Apabila dia melihat pada dirinya ada sesuatu yang menyelisihi hatinya yang diberi cahaya, maka hal itu menjadi berat baginya. Hikmah perumpaan dengan gunung yaitu apabila musibah yang menimpa manusia itu selain runtuhnya gunung, maka masih ada kemungkinan mereka selamat dari musibah-musibah itu. Lain halnya dengan gunung, jika gunung runtuh dan menimpa seseorang, umumnya dia tidak akan selamat. Kesimpulannya bahwa rasa takut seorang Mukmin (kepada siksa Allah azza wa jalla -pen) itu mendominasinya, karena kekuatan imannya menyebabkan dia tidak merasa aman dari hukuman itu. Inilah keadaan seorang Mukmin, dia selalu takut (kepada siksa Allah-pen) dan bermuraaqabah (mengawasi Allah). Dia menganggap kecil amal shalihnya dan khawatir terhadap amal buruknya yang kecil.” [Tuhfatul Ahwadzi, no.2497]

Apalagi jika dia memperhatikan berbagai bencana dan musibah yang telah Allah azza wa jalla timpakan kepada orang-orang kafir di dunia ini, baik dahulu maupun sekarang. Hal itu membuatnya tidak merasa aman dari siksa Allah azza wa jalla. Allah azza wa jalla berfirman yang artinya:
“Dan begitulah adzab Rabbmu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim.sesungguhnya adzab-Nya sangat pedih lagi keras. Sesungguhnya pada peristiwa itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari dimana manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-Nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Saat hari itu tiba, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, didalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih).” [QS.Hud/11:102-106]

Ketika dia merenungkan berbagai kejadian yang mengerikan pada hari kiamat, berbagai kesusahan dan beban yang menanti manusia di akhirat, semua itu pasti akan menggiringnya untuk takut kepada Allah azza wa jalla al-Khaliq. Allah azza wa jalla berfirman yang artinya:
“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu. Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). Ingatlah, pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, semua wanita yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, dan semua wanita hamil gugur kandungan. Kamu manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi adzab Allah itu sangat keras.” [QS.al-Hajj/22:1-2]

Demikianlah sifat orang-orang yang beriman. Di dunia, mereka takut terhadap siksa Rabb mereka, kemudian berusaha menjaga diri dari siksa-Nya dengan takwa, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka, Allah azza wa jalla memberikan balasan sesuai dengan jenis amal mereka. Dia memberikan keamanan di hari kiamat dengan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya. Allah azza wa jalla berfirman yang artinya:
“Dan sebagian mereka (penghuni surga -pen) menghadap kepada sebagian yang lain; mereka saling bertanya. Mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga, kami merasa takut (akan diadzab).” Kemudian Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka. Sesungguhnya kami dahulu beribadah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” [QS.ath-Thur/52:25-28]

Ilmu Adalah Sebab Tangisan Karena Allah azza wa jalla
Semakin bertambah ilmu agama seseorang, semakin tambah pula takutnya terhadap keagungan Allah azza wa jalla. Allah azza wa jalla berfirman yang artinya:
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak, ada yang bermacam-macam warna (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [QS.Fathir/35:28]

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Anas bin Malik -perawi hadits ini mengatakan: “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesegukan.” [HR.Muslim, no.2359]

Imam an Nawawi rahimahullah berkata, “Makna hadits ini, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali melebihi apa yang telah aku lihat di dalam surga pada hari ini. Aku juga tidak pernah melihat keburukan melebihi apa yang telah aku lihat di dalam neraka pada hari ini. Seandainya kamu melihat apa yang telah aku lihat dan mengetahui apa yang telah aku ketahui, semua yang aku lihar hari ini dan sebelumnya, sungguh kamu pasti sangat takut, menjadi sedikit tertawa dan banyak menangis.” [Syarah Muslim no.2359]

Hadits ini menunjukkan anjuran menangis karena takut terhadap siksa Allah azza wa jalla dan tidak memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa menunjukkan kelalaian dan kerasnya hati.

Lihatlah para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu mudahnya mereka tersentuh oleh nasehat! Tidak sebagaimana kebanyakan orang pada zaman ini. Memang, mereka adalah orang yang paling lembut hatinya, paling banyak pemahaman agamanya, paling cepat menyambut ajaran agamanya. Mereka adalah Salafus Shalih yang mulia, maka selayaknya kita meneladani mereka. [Lihat Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Shalihin, 1/475 no.41]

Seandainya kita mengetahui bahwa tetesan air mata karena takut kepada Allah azza wa jalla merupakan tetesan yang paling dicintai oleh Allah azza wa jalla, tentulah kita akan menangis karena-Nya atau berusaha menangis sebisanya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan keutamaan tetesan air mata ini dengan sabda beliau:
“Tidak ada sesuatu yang lebih di cintai oleh Allah daripada dua tetesan dan dua bekas. Tetesan yang berupa air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang ditumpahkan di jalan Allah. Adapun dua bekas, yaitu bekas di jalan Allah dan bekas di dalam (melaksanakan) suatu kewajiban dari kewajiban-kewajiban-Nya.” [2]

Namun yang perlu kita perhatikan juga bahwa menangis tersebut adalah benar-benar karena Allah azza wa jalla, bukan karena manusia, seperti dilakukan di hadapan jama’ah atau dishooting TV dan disiarkan secara nasional. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan kebaikan besar bagi seseorang yang menangis dalam keadaan sendirian. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tujuh (orang) yang akan diberi naungan oleh Allah pada naungan-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya……..(diantaranya): “Seorang laki-laki yang menyebut nama Allah di tempat yang sepi sehingga kedua matanya meneteskan air mata.” [HR.Bukhari no.660; Muslim, no.1031]

Hari kiamat adalah hari pengadilan yang agung. Hari ketika setiap hamba akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya. Hari saat isi hati manusia akan dibongkar, segala rahasia akan ditampakkan di hadapan Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Perkasa. Maka kemana orang akan berlari? Alangkah bahagianya orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allah azza wa jalla pada hari itu. Dan salah satu jalan keselamatan itu adalah menangis karena takut kepada Allah azza wa jalla.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah berkata, “Wahai saudaraku, jika engkau menyebut Allah azza wa jalla, sebutlah Rabbmu dengan hati yang kosong dari memikirkan yang lain. Jangan pikirkan sesuatu pun selain-Nya. Jika engkau memikirkan sesuatu selain-Nya, engkau tidak akan bisa menangis karena takut kepada Allah azza wa jalla atau karena rindu kepada-Nya. Karena, seseorang tidak mungkin menangis sedangkan hatinya tersibukkan dengan sesuatu yang lain. Bagaimana engkau menangis karena rindu kepada Allah azza wa jalla dan karena takut kepada-Nya jika hatimu tersibukkan dengan selain-Nya? Oleh karena itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seorang laki-laki yang menyebut Allah ditempat yang sepi”, yaitu hatinya kosong dari selain Allah azza wa jalla, badannya juga kosong (dari orang lain), dan tidak ada seorang pun di dekatnya yang menyebabkan tangisannya menjadi riya’ dan sum’ah. Namun, dia melakukan dengan ikhlas dan konsentrasi.” [Syarh Riyadhus Shalihin 2/342 no.449]

Setelah kita mengetahui hal ini, maka alangkah pantasnya kita mulai menangis karena takut kepada Allah azza wa jalla. Wallahul Musta’an.

0 komentar:

Posting Komentar