Sabtu, 07 Agustus 2010

Sambut Ramadhan

Marhaban ya ramadhanSuatu kali dua bulan menjelang bulan Ramadhan Rasulullah berdo’a, “Ya Allah limpahkan keberkahan atas diriku di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah (usiaku) ke bulan Ramadhan“.

Dari do’a Beliau yang singkat namun sarat makna ini, kita bisa menangkap bahwa, betapa Rasulullah Saw sangat mendambakan bulan Ramadhan, meski masih dua bulan lagi (yaitu sejak bulan Rajab kemudian Sya’ban) menjelang Ramadhan, Beliau sudah bermohon kepada Allah S WT untuk disampaikan usianya kepada bulan Ramadhan.

Hasrat Rasulullah Saw yang demikian mendalam terhadap bulan Ramadhan, kiranya membuat kita bertanya-tanya, merenungi mengapa Rasulullah Saw sangat mendambakan bulan Ramadhan?

Jika, kita membaca berbagai bukti yang berkenaan dengan Ramadhan, betapa kita akan mendapatkan penjelasan tentang keutamaan-keutamaan bulan suci Ramadhan diantaranya sabda Rasulullah Saw yang sangat populer “Bila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu (neraka) Jahannam ditutup” (HR. Bukhari).

Saking banyaknya kebaikan yang terdapat pada bulan Ramadhan, Rasulullah Saw menyatakan pintu neraka ditutup pada bulan ini, dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya.

Dalam sabdanya yang lain Rasulullah Saw menyampaikan, “Barang siapa yang bangun (melaksanakan berbagai aktifitas ibadah) pada bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan mengharap balasan pahala dari Allah SWT, maka diampunkan dosanya yang telah lalu” (HR. An-Nasa’i).

Tidak tanggung-tanggung balasan yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang melakukan berbagai aktifitas ibadah di bulan Ramadhan, yaitu, diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.

Bagaimana menurut kita (anda)? Kalau seseorang sudah mendapat ampunan dari Allah SWT, mungkinkah dia akan masuk ke dalam neraka dan menjalani bermacam-macam siksa di sana?. Tentu tidak, pintu nereka tertutup baginya, sementara pintu surga dan berbagai kenikmatan terbuka lebar baginya.

Belum lagi anugerah malam Lailatul Qadar yang menurut beberapa riwayat turun pada malam 10 terakhir bulan Ramadhan, yang mana jika seseorang melakukan suatu amal shaleh yang diniatkan ibadah kepada Allah SWT pada malam tersebut, maka ganjaran yang didapatnya jauh lebih besar dan lebih baik daripada beramal shaleh selama 1000 bulan (alfu syhariri) yang tidak ada Lailatul Qadarnya, yaitu sekitar 83 tahun 4 bulan.

Bagaimana menurut kita (anda) tentang balasan lebih baik dari 1000 bulan. Agaknya, jarang ada orang yang usianya mencapai 1000 bulan (+/- 83 tahun), apalagi zaman sekarang ini, penyakit sungguh banyak macamnya, terkadang baru berusia 40 tahun saja seseorang sudah menderita berbagai penyakit, seperti asam uratlah, rematik, kencing manislah, kolestrol berlebih, macam-macam. Artinya bahwa ganjaran lebih baik dari beramal selama 83 tahun itu melampaui usia normal manusia yang rata-rata berkisar 60 - 70 tahun.

Sungguh luar biasa keutamaan bulan Ramadhan, tapi, apakah hitung-hitungan yang berlipat ganda itu yang menjadi dorongan kuat kita untuk melakukan ibadah semaksimal mungkin pada bulan Ramadhan?, ya, kalau ada yang motivasinya itu, tidak mengapa. Tapi apakah semata-mata itu?

Dari dua hadits Rasulullah Saw yang disampaikan di atas, kiranya ada pesan yang ingin lebih ditekankan kepada kita bahwa, Allah SWT itu sangat dekat dengan hamba-Nya.

Lewat keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan ini Dia menyampaikan pesan kepada hamba-Nya bahwa Dia menghampiri hamba-Nya dengan segenap kasih sayang-Nya. Membuka selebar-lebarnya pintu ampunan, melipat gandakan balasan semua amal baik pada bulan ini, agar kelak semua hamba-hamba-Nya bisa menjadi penghuni surga.

Dalam firman-Nya yang disampaikan Rasulullah Saw dengan redaksi bahasanya (hadits Qudsi), “Ibadah puasa itu untuk-Ku, dan Aku (langsung) yang menentukan balasannya“. (HR, Bukhari).

Adakah amal ibadah yang lain yang dinyatakan oleh Allah SWT, Dia terlibat secara langsung menentukan balasannya seperti ibadah puasa? Ini penegasan bahwa Allah SWT sangat dekat dengan hamba-Nya ketika ia sedang berpuasa. Maka dari itu, dalam sebuah hadits Rasulullah Saw dikatakan bahwa, do’ a orang yang berpuasa termasuk salah satu yang dikabulkan (tidak ditolak) oleh Allah.

Ketika Allah SWT menghampiri hamba-Nya dengan segenap limpahan rahmat-Nya, layakkah selaku hamba yang diciptakan oleh-Nya, kita justru menjauh dari-Nya, mengacuhkan-Nya?, menyiakan-nyiakan kesempatan di bulan Ramadhan.

Dapat kita (anda) gambarkan, ketika kita senantiasa dekat dengan anak kita, memberinya segenap kasih sayang dan perhatian, namun, suatu kali di hari ulang tahunnya, kita ingin lebih dekat dengannya, mencurahkan segenap kasih sayang kita dan memenuhi permintaannya, ia justru menjauh dari kita?, apa yang kita (anda) rasakan?

Allah SWT berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat“. (QS.Al-Baqarah [2]: 186).

Sumber : Buletin Mimbar Jum’at, No 34 Th. XXII

0 komentar:

Posting Komentar