Sabtu, 15 Januari 2011

MUSEUM GOEDANG RANSOEM


gr_museum_goedang_ransoem.jpg

MUSEUM GOEDANG RANSOEM


SEJARAH: DARI DAPUR UMUM (ORANG RANTAI) KE MUSEUM GOEDANG RANSOEM
Kawasan Dapur Umum dibangun pada tahun 1981, dilengkapi dua buah gudang besar dan Steam Generator (tungku pembakaran) dengan +100 orang karyawan. Dapur umum memasak lebih kurang 65 pikul setiap hari atau setara dengan 3900 kilogram nasi untuk para pekerja tambang batubara (orang rantai), pasien rumah sakit, dan keluarga pekerja tambang.

Pada zaman Jepang hingga Agresi Belanda II, aktivitas memasak dalam skala besar masih berlangsung, setidak-tidaknya untuk memenuhi kebutuhan makan angkatan perang Belanda dan Jepang. Era berikutnya, memasuki tahun 1950-an, pascaperang, Dapur Umum dimanfaatkan sebagai fasilitas pendidikan dan perumahan karyawan tambang Ombilin hingga tahun 1980-an. Dan juga sebagai hunian masyarakat hingga awal tahun 2005.

Sejak tahun 2004-2005 kompleks bangunan bersejarah ini mulai dikonservasi dan ditata oleh Walikota Kota Sawahlunto untuk dimanfaatkan sebagai penyelenggaraan permuseuman. Kemudian pada 17 Desember 2005 bekas Dapur Umum ini dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Jusuf Kalla.


Bangunan Utama
Bangunan utama Dapur Umum saat ini sebagai ruangan pameran utama Museum 'Goedang Ransoem' menyajikan dan memamerkan benda koleksi yang merupakan eks peralatan dan perlengkapan Dapur Umum.


Tungku Pembakaran
Tungku pembakaran (Steam Generator) sebagai sumber energi uap panas untuk memasak. Uap panas disalurkan pipa-pipa melalui ruang bawah tanah. Tungku pembakaran ini buatan Jerman bertahun 1894 yang diproduksi oleh Rohrendampfkesselfabrik, D.R.Patente No.13449 & 42321.


Rumah Jagal
Rumah jagal/potong hewan, dari sinilah kebutuhan daging yang masak Dapur Umum dipasok.


Kompresor
Kompresor berukuran panjang dua meter dengan diameter 86 cm, berfungsi sebagai penyalur energi uap panas dari steam generator ke tungku masak.

Angka 1894 adalah label tahun pabrik pembuat tungku pembakaran (steam generator). Pengunjung masih dapat menyaksikan dengan bangunannya yang masih berdiri dengan kokoh dan sangat unik. Steam generator ini buatan Jerman, bertahun 1894, dibuat Rohremdampfkessel-D.R.Patente No. 13449 & 42321


Periuk nasi
Periuk pemasak beras dan sayur ini berdiameter 124 cm hingga mencapai 132 cm, badan periuk setinggi 60 cm sampai 62 cm (belum termasuk tutupnya) dan tebal 1,2 cm. Periuk raksasa ini terdiri dari empat bagian: lapisan luar periuk, periuk bagian dalam terbuat dari nikel, langsang juga terbuat dari nikel, tutup.


Sumber: Brosur 'Museum Goedang Ransoem'.


Alamat:
MUSEUM GOEDANG RANSOEM
Jl. Abdul Rahman Hakim
Sawahlunto
Sumatra Barat

Telp. 0754-61985


http://sawahlunto-tourism.com/tourismspots/heritage-buildings/museum-goedang-ransoem

Jam Kunjungan:
Selasa-Jumat 07.30-16.30
Sabtu-Minggu 09.00-16.00

Tiket:
Dewasa Rp 4.000,00
Anak-anak Rp 2.000,00


fr.

http://www.museumindonesia.com



FOTO LIPUTAN : Museum GOEDANG RANSOEM

Masih dalam perjalanan One Day Tour of Sawah Lunto, setelah makan siang dirumah Pak Walikota, perjalanan dilanjutkan ke Museum Goedang Ransoem yang menyimpan banyak sekali potongan-potongan sejarah masa lalu. Rata-rata pengunjung mencapai 500 orang per bulan. Untuk masuk bayar hanya Rp. 1000 per orang.

Foto1: Tampak depan Museum Goedang Ransoem atau Dapur Umum untuk ribuan pekerja yang dikenal juga sebagai 'orang rantai'.


Foto2: Memasuki pintu Museum, pengunjung dihadapkan dengan kata-kata yang penuh makna ini, terpampang cukup besar


Foto2: Kota Sawah Lunto punya Grand Strategy hingga Tahun 2020 untuk menjadi Kota Wisata Tambang. Banner ini terpampang disebelah kiri setelah pintu masuk Museum


Foto3: Periuk Nasi Raksasa yang digunakan untuk memasak nasi dalam jumlah besar buat para pekerja tambang batu bara


Foto4: Beberapa Kuali Raksasa yang dipajang ditengah ruangan Museum


Foto5: Langsang, salah satu alat untuk memasak Nasi


Foto6: Melihat peralatan ini, apakah para pekerja tambang waktu itu lebih banyak makan Sambal dari pada Nasi...?


Foto7: Pedati, luar biasa...! Masa kecil saya waktu SD dikampung dulu, masih sering ikut menumpang pulang dan pergi sekolah yang berjarak 2 Km. Karena sangat mengasyikkan sekali duduk berjuntai diatas Pedati yang ditarik oleh seeokor Kerbau atau Sapi. Jalannya sangat pelan, santai banget dah..., tidak kayak orang hidup di kota yang selalu dikejar waktu..., sambil menikmati semilir angin sejuk perkampungan nan sepoi-sepoi... Kenapa kenikmatan itu baru sekarang kita sadari ya...? Adakah daerah yang masih mempergunakan Pedati ini...?


Foto8: Beberapa contoh peralatan yang digunakan oleh pekerja tambang


Foto9: Kompresor yang dipajang didinding sebelah kiri


Foto10: Dibawah ruang masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong untuk mengalirkan uap panas ke 20 buah tungku.


Foto11: Tungku Pembakaran yang tingginya lebih dari 4 meter berada di belakang Gudang Ransum


Foto12: Tampak dalam Gudang Ransum


Foto13: Kepala Museum Sawah Lunto nan cantik dan sangat ramah ini adalah Ibu Rika Cherish. Saya minta berpose untuk MPKAS diruang kerjanya yang bertempat disalah satu ruangan di Museum Gudang Ransum tsb. Kalau mampir kesana, silahkan temui beliau. Krn beliau akan dengan senang hati menceritakan tentang semua hal yang terkait dengan Museum dan isinya ini. Beliau juga mambawahi Museum KA Sawah Lunto.


Foto14: Pak Catur, staf Dinas Pariwisata Sawah Lunto yang menemani dan mengantar kita keliling memperkenalkan Kota Sawah Lunto dan obyek-obyek Pariwisata lainnya. Belia juga bercerita tentang ambisi Kota Sawah Lunto untuk menggaet wisatawan sebanyak mungkin dan jadi tujuan terdepan di Sumbar untuk Kota Wisata. Thanks banget atas waktunya telah menemani kita selama disana. Insya allah kita akan kembali kesana lagi nanti... Maaf, tapi gak apa-apa kan Pak, fotonya deket Lesly saya pajang disini...


Foto15: Sebelum berpisah, Sri menyempatkan berfoto bersama mantan stafnya disini. Sri dulu ikut merancang Museum ini dan Museum KA, sekaligus pernah menjabat sebagai Kepala Museum Sawah Lunto selama hampir 1 tahun sebelum Sri kembali ke Kampus Unand dan digantikan oleh Ibu Rika Cherish.


Sekali lagi saya atas pimpinan rombongan mengucapkan terima kasih kepada semua Staf dan jajaran Pemko Sawah Lunto yang telah membantu dengan segala upaya selama kami disana. Jika ada hal-hal yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.

fr.
http://www.west-sumatra.com

0 komentar:

Posting Komentar