Senin, 23 Juli 2012

Mesjid-Mesjid Tua di Minangkabau

Mesjid-Mesjid Tua di Minangkabau

Tertarik dengan surau tuo di Film Di Bawah Lindungan Ka'bah (tadi malam sempat kutonton filmnya usai melaksanakan shalat tarawih) yang bersetting tahun 1920, film ini diangkat dari Novel Buya Hamka dengan judul yang sama, lokasi syutingnya di daerah Gonjong Seribu, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Set sebuah mesjid dibangun di pinggir sungai, dilengkapi kincir air yang cukup besar. Sungguh INDAH di mata saya (makanya saya browsing di dunia maya untuk mencari surau tersebut dan alhamdulillah ketemu dengan masjid-masjid tua di Minangkabau ini di blog http://putrahermanto.wordpress.com/2010/10/10/mesjid-mesjid-tua-di-minangkabau/, walau koleksinya tidak lengkap, seperti di bawah ini : (gambar paling atas surau tuo dalam film DBLK)
 
 
1.Masjid Tuo Kayu Jao


Agama Islam di Kabupaten Solok, Sumatra Barat, telah berkembang sejak abad ke-16. Fakta sejarah ini dibuktikan dengan berdirinya Masjid Tuo Kayu Jao, berusia 400 tahun. Meski bangunan bergaya Masjid Demak, Banten, ini sempat dipugar tapi sebagian besar bangunan masjid masih asli.

Atap masjid ini terbuat dari ijuk, ciri khas atap rumah adat Minang. Tiang penyangga masjid berjumlah 27 buah, melambangkan jumlah suku dan golongan yang ikut mendirikan masjid ini. Selain itu terdapat sebuah mihrab yang masih utuh dan bedug yang diperkirakan berusia sama dengan masjid. Hingga saat ini Masjid Tuo Kayu Jao masih menjadi tempat beribadah warga setempat. Pemerintah Provinsi Sumbar telah menetapkan masjid ini sebagai cagar budaya, bukti sejarah penyebaran agama Islam di Solok.
2. Masjid Tuanku Pamansiangan

3. Masjid Taluak

4. Masjid Tuo Koto Baru

5. Surau Atap Ijuk Sicincin

6. Surau Gadang Bintungan

Bintungan Tinggi, sebuah daerah yang terletak di Nagari Padang Bintungan Kecamatan Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman.
7. Surau Gadang Syekh Burhanuddin Ulakan

Surau Syekh Burhanuddin terletak di desa Tanjung Medan, 6 km dari makam Ulakan.
8. Surau Latiah

9. Surau Raja Sontang

10. Surau Lubuk Bauk

Surau Lubuk Bauk didirikan di atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang, seorang yang berasal dari suku Jambak, Jurai Nan Ampek Suku. Dibangun oleh masyarakat Nagari Batipuh Baruh dibawah koordinasi para ninik mamak pada tahun 1896 dan dapat diselesaikan tahun 1901.
11.Masjid Sa’adah

12. Masjid Buah Pauh Kubang Putih


13. Masjid Limo Kaum

14. Masjid Pincuran Gadang

Terdapat di Matur Hilir, persisnya terletak di Pincuran Gadang. Disinilah kitab mulai dikembang, ajaran Islam mulai difatwakan keseluruh anak negeri disekitar penghujung abad ke XVII oleh beliau Tuanku Abdul Hamid.
15. Masjid Raja Siguntur
Terletak di Dusun Ranah, Desa Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Bangunan masjid berada dalam satu kompleks dengan makam Raja-raja Siguntur dan rumah adat Siguntur. Di sebelah barat masjid mengalir Sungai Batanghari yang terkenal dengan peninggalan purbakala di sepanjang alirannya.
16. Masjid Rao-Rao

Mesjid ini berlokasi sekitar 5 km dari Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar ke arah Baso Kabupaten Agam. Diperkirakan dibangun pada tahun 1913.17. Masjid Jami’ Batang Piaman, Pariaman18. Masjid Raya Gantiang
Masjid Raya Gantiang berlokasi di jalan Gantiang Kecamatan Padang Timur Kota Padang, mulai dibangun pada 1805 atas prakarsa tiga tokoh masyarakat kota Padang yakni Angku Gapuak, Syekh Haji Uma, dan Syekh Kapalo Koto dan selesai pada 1810.
19. Masjid Raya Pakandangan Pelok

Terletak di Nagari Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman. Masjid yang sekarang dijadikan sebagai masjid nagari ini diperkirakan didirikan pada tahun 1865.
20. Masjid Raya Bayua, Kawasan Salingka Danau Maninjau, Agam Barat
agam-043.jpg
21. Masjid Siti Manggopoh, Tanjung Mutiara, Agam Barat
agam-015.jpg
22. Mesjid Raya Bengkudu

23. Surau Badano, Sungai Rotan, Pariaman Selatan
eastern-highland-022.jpg
* dari berbagai sumber

Kamis, 19 Juli 2012

Kapan Jatuhnya Ramadhan dan Syawal 1433 H/ 2012 M?

terlepas dari (kemungkinan) perbedaan (tapi sudah pasti) penetapan 1 Ramadhan tahun ini, kenapa slalu berbeda karena "Akar dari perbedaan pendapat tersebut terutama disebabkan oleh adanya perbedaan kriteria penentuan awal bulan di kalangan umat Islam itu sendiri." NAMUN semua berhak SUJUD kembali ke fitrah......


Posted on Juli 5, 2012 by vandalismeintelektual

Sehubungan dengan semakin dekatnya Ramadhan dan Syawal 1433 H, dan karena banyak sekali pertanyaan seputar kapan mulainya awal bulan-bulan tersebut, saya memutuskan untuk menyampaikan ulasan mengenai kemungkinan awal bulan Ramadhan dan Syawal 1433 H/ 2012 M.

Sebelumnya, saya ingin menyampaikan bahwa kemungkinan besar, saya ulangi lagi, kemungkinan BESAR awal Ramadhan 1433 H bagi kaum muslimin khususnya di Indonesia akan terbagi menjadi dua. Hal ini sebenarnya sudah dimaklumi oleh hampir semua orang. Tapi, kali ini perbedaan pendapat tersebut dirasa akan sangat sulit diicari titik temunya. Akar dari perbedaan pendapat tersebut terutama disebabkan oleh adanya perbedaan kriteria penentuan awal bulan di kalangan umat Islam itu sendiri. Namun, di sini saya lebih fokus pada penjelasan mengenai aspek empiris mengenai visibilitas hilal yang terjadi pada saat awal Ramadhan dan awal Syawal. Jangan berharap bahwa saya akan memberikan informasi/fatwa kapan pastinya awal Ramadhan dan Syawal karena saya tidak berhak memutuskannya. Baiklah, saya akan menjelaskannya untuk masing-masing bulan. Namun, sebelumnya saya ingin memberikan penjelasan awal mengenai tanda-tanda umum pergantian bulan dalam kalender hijriyah agar pembaca memahami konteksnya.

Kaidah Umum Penentuan Awal Bulan Hijriyah
Dalam penentuan awal bulan hijriyah, ada beberapa tanda yang harus diperhatikan. Berikut ini beberapa kaidah dan kriteria yang umum digunakan dalam menetapkan awal bulan hijriyah (ijtima’ qoblal ghurub/ konjungsi sebelum tenggelamnya Matahari). Penjelasan di sini akan disampaikan secara sederhana dan tidak detail demi mempermudah pemahaman pembaca.
1. Konjungsi (Ijtima’)
keadaan di mana Bumi – Bulan -  Matahari berada pada satu garis lurus sehingga Bulan sama sekali tidak tampak dari Bumi karena bagian Bulan yang tersinari cahaya Matahari membelakangi Bumi. Konjungsi terjadi satu bulan sekali atau lebih tepatnya terjadi dalam waktu 29,5 hari atau dikenal sebagai periode sinodis. Konjungsi dapat terjadi kapan saja, dalam arti bisa terjadi saat siang, malam, sore, atau pagi hari.
Image
Gambar 1. Sketsa sederhana saat fase konjungsi terjadi. Bagian Bulan yang menghadap Bumi tidak menerima cahaya Matahari sama sekali. Jika saat konjungsi terjadi, posisi Bumi, Bulan dan Matahari berada pada bidang ekliptika (bidang edar Bumi) maka akan terjadi gerhana Matahari, tetapi ini tidak selalu terjadi setiap bulan.

2. Terbenamnya Matahari dan Bulan
Penentuan awal bulan sangat ditentukan oleh waktu terbenamnya Matahari dan Bulan. Matahari dinyatakan tenggelam saat Matahari sudah sepenuhnya berada di bawah horizon atau garis cakrawala. Begitu juga dengan makna tenggelamnya Bulan. Waktu tenggelamnya Matahari dikenal sebagai maghrib. Pada saat maghrib terjadi, ada kalanya Bulan belum tenggelam. Artinya, Bulan masih berada di atas horizon. Jika saat Matahari telah tenggelam, tetapi Bulan belum tenggelam, maka kita kemungkinan dapat melihat Bulan karena sinar Matahari sudah redup sehingga cahaya Bulan bisa tampak oleh mata kita. Awal bulan hijriyah terjadi jika Matahari tenggelam lebih dahulu daripada Bulan.
Image
Gambar 2. Matahari sudah tenggelam dan Bulan belum tenggelam.

3. Pergantian hari saat maghrib
Berbeda dengan hari dalam kalender syamsiah yang berganti setiap pukul 12 malam, dalam penanggalan hijriyah, hari (tanggal) berganti saat Matahari tenggelam (maghrib). Misalnya saat ini tanggal 15 Sya’ban hari Kamis, berarti saat Matahari tenggelam sore hari nanti itu sudah masuk tanggal 16 Sya’ban hari Jum’at.

4. Konjungsi terjadi sebelum Matahari tenggelam
Seperti telah dinyatakan dalam poin 1, konjungsi dapat terjadi kapan saja, bisa siang, malam, pagi, sore, atau kapanpun. Nah, syarat masuknya awal bulan adalah ketika konjungsi terjadi sebelum Matahari (dan Bulan tentunya) tenggelam. Contoh, bila konjungsi terjadi pukul 19.00, maka pada saat Matahari tenggelam (misalnya pukul 18.00) berarti itu belum bisa dinyatakan sebagai pergantian awal bulan karena Matahari tenggelam lebih dulu terjadi sebelum konjungsi. Dalam kasus ini, berarti awal bulan akan dimulai (kemungkinan) pada saat Matahari tenggelam keesokan harinya. Selisih waktu antara konjungsi dan saat Matahari tenggelam tersebut dinamakan sebagai umur Bulan. Sekali lagi, jangan lupakan juga poin nomor 2 yakni Bulan tenggelam setelah Matahari tenggelam.

Perhatikan contoh berikut:
Misalkan, suatu konjungsi terjadi pada pukul 07.00. Pada hari itu, Matahari tenggelam pada pukul 18.00, sedangkan Bulan tenggelam pada pukul 18.30. Berarti, pada saat maghrib (Matahari tenggelam), umur bulan adalah 18.00 – 07.00 = 11 jam. Pada saat itu, Bulan tentu masih berada di atas horizon karena memang tenggelamnya lebih belakang dari Matahari. Saat Matahari tenggelam, Bulan berada di atas horizon dengan ketinggian tertentu. Ketinggian Bulan di atas horizon itu dinamakan sebagai ketinggian Bulan yang biasanya dinyatakan dalam derajat. Misalkan, saat itu Bulan memiliki ketinggian 4 derajat. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut yang menjelaskan keadaan yang telah diterangkan sebelumnya.
Image
Gambar 3. Saat-saat penting yang diamati dalam penentuan awal bulan. Contohnya, saat Matahari tenggelam, Bulan berada di atas horizon dengan ketinggian 4 derajat dan umur bulan 11 jam.

Jika misalkan kondisi pada gambar 3 telah terpenuhi, maka saat maghrib itu (kemungkinan) sudah bisa dinyatakan sebagai masuk bulan baru. Mengapa masih ada kata kemungkinan? Karena syarat atau kriteria yang diyakini oleh sebagian orang adalah keadaan tersebut hanya dapat ditetapkan sebagai awal bulan jika Bulan (hilal) dapat dilihat dengan mata telanjang.

Saya akan bertanya kepada Anda, apakah jika kondisi pada gambar 3 itu terpenuhi, Bulan (dalam bahasa Arab disebut hilal) dapat dilihat dengan mata telanjang? Jawabannya, belum tentu. Ada beberapa kemungkinan. Pertama, hilal (Bulan) bisa saja tidak terlihat karena ketinggiannya masih terlalu rendah dari horizon sehingga sulit dilihat. Kedua, jaraknya dari Matahari terlalu dekat sehingga cahaya Bulan masih kalah kuat dibandingkan sinar Matahari yang tampak sebagai mega. Ketiga, ada banyak awan di atas horizon sehingga Bulan (hilal) tidak tampak.
Lalu, bagaimana kemudian? Itulah permasalahan yang menjadi polemik hingga hari ini. Apakah memang untuk menentukan awal bulan baru harus ada kriteria terlihatnya Bulan ataukah cukup kita mengetahui dengan ilmu falaq/astronomi bahwa perhitungan/kalkulasi (hisab) sudah mengetahui jika hilal di atas horizon (ufuk) saat Matahari tengelam? Saya tidak akan membahasnya panjang lebar di sini karena akan bisa diulas sendiri dalam satu buku besar yang perlu waktu satu bulan penuh untuk menyusunnya. Silahkan Anda baca-baca buku sendiri yang berkaitan dengan itu.

Yang pasti, umur hilal (Bulan) di setiap tempat berbeda-beda bergantung pada lintang-bujur dan lain-lain. Artinya, mungkin di suatu tempat di Indonesia keadaan seperti gambar 3 terpenuhi, tetapi di Arab Saudi sana keadaannya saat Matahari tenggelam beda lagi. Itu sudah menjadi hal yang pasti dalam alam ini. Kita tidak bisa menyamakan keadaan suatu tempat dengan tempat lainnya, apalagi jika jaraknya sangat jauh. Untuk wilayah Indonesia, keadaan penampakan (visibilitas) hilal relatif serupa antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Sebagai referensi dalam ulasan ini, saya gunakan Jakarta sebagai titik perhitungan karena alasan sederhana, yakni Jakarta adalah ibukota negara. Dalam perhitungan berikutnya, saya menggunakan perangkat lunak Accurate Times 5.1 yang dibuat oleh Muhammad Odeh dari Yordania. Perhitungan ini anggap saja taken for granted (benar semua) karena kalaupun ada kesalahan maka insya Allah errornya tidak signifikan sehingga sampai berbeda jauh dengan kenyataan aslinya nanti.

Ramadhan 1433 H
Accurate Times menghitung bahwa konjungsi (ijtima’) pada awal Ramadhan 1433 H terjadi pada tanggal 19 Juli 2012 pukul 11.10 WIB. Matahari tenggelam pada pukul 17.53 WIB dan Bulan tenggelam pada pukul 18.01 WIB. Artinya, umur bulan saat Matahari tenggelam adalah 6 jam 43 menit. Ketinggian Bulan pada saat itu adalah  1 derajat 52 menit busur.

Berdasarkan pengalaman, hilal (Bulan) dengan ketinggian yang sangat rendah seperti itu dan umur bulan yang hanya 6 jam 43 menit akan sangat-sangat sulit diamati. Memang bukan mustahil karena memang Bulan masih berada di atas horizon, tetapi bisa dikatakan itu tidak mungkin dilakukan oleh mata orang normal. Mungkin jika yang melihatnya superman atau manusia sakti mandraguna bisa dilakukan. Namun, saya cukup yakin untuk mengatakan bahwa hilal akan sangat sulit terlihat pada saat maghrib tanggal 19 Juli.
Image
Gambar 4. Visibilitas hilal (kemungkinan penampakan Bulan) pada tanggal 19 Juli 2012 di seluruh dunia. Wilayah Indonesia masuk ke dalam kategori tidak mungkin dilihat (not possible) sama seperti Saudi, wilayah Asia Timur dan Utara termasuk Eropa bahkan masuk kategori mustahil (impossible). Hilal hanya dapat dilihat pada daerah Amerika Selatan dan Samudera Pasifik.

Menurut Kanjeng Nabi SAW, jika hilal tidak terlihat, maka jumlah hari dalam suatu bulan harus digenapkan menjadi 30 hari. Artinya, awal Ramadhan baru akan masuk pada saat maghrib keesokan harinya yaitu tanggal 20 Juli 2012. Pada saat itu, umur bulan sudah mencapai 30 jam 43 menit dan ketinggiannya mencapai 12 derajat 48 menit busur. Keadaan itu sudah lebih dari cukup untuk menyaksikan Bulan saat matahari tenggelam. Berarti, maghrib tanggal 20 Juli akan masuk awal Ramadhan sehingga malam harinya sudah taraweh dan tanggal 21 Juli akan mulai puasa. Namun, ini menurut anggapan orang yang meyakini bahwa penetapan awal bulan harus menyaratkan terlihatnya hilal (Bulan).

Bagaimana dengan yang menganggap terlihatnya hilal bukan sebagai persyaratan untuk penetapan awal bulan? Tentu saja mereka tidak perlu menunggu hilal terlihat atau tidak. Yang penting, pada  tanggal 19 Juli 2012 konjungsi terjadi sebelum maghrib dan hilal di atas ufuk. Cukup. Bagi mereka yang beranggapan seperti ini, berarti mereka sudah mulai taraweh saat malam tanggal 19 Juli dan mulai puasa tanggal 20 Juli 2012.

Bagaimana jika di luar negeri mereka sudah mulai berpuasa pada tanggal 20 Juli 2012? Misalkan di Saudi Arabia ada yang mengaku melihat hilal pada tanggal 19 Juli, apakah otomatis seluruh dunia akan masuk ke bulan Ramadhan pada saat itu juga? Bagi para penganut faham ru’yat hilal global, seluruh dunia sudah masuk ke dalam waktu Ramadhan jika di suatu tempat di muka bumi ada yang sudah melihat hilal. Namun, apakah itu bisa diterima? Silahkan lihat peta visibilitas hilal pada Gambar 4 dan pikirkan sendiri jawabannya.

Syawal 1433 H
Keadaan saat Syawal 1433 H lebih menguntungkan dibandingkan saat Ramadhan. Ini dikarenakan umur dan ketinggian hilal sudah relatif cukup mendukung terliatnya hilal sehingga kemungkinan besar tidak ada perbedaan waktu perayaan hari raya. Konjungsi Syawal terjadi pada tanggal 17 Agustus 2012 pukul 23.11 WIB. Karena terjadi pada saat malam (Matahari tanggal 17 Agustus sudah temggelam), berarti hilal dihitung untuk maghrib tanggal 18 Agustus 2012. Pada tanggal 18 Agustus 2012, umur Bulan sudah mencapai 18 jam 43 menit dan ketinggiannya mencapai 6 derajat 40 menit. Umur dan ketinggian hilal diperkirakan akan menunjang besarnya kemungkinan hilal terlihat pada tanggal 18 Agustus 2012 sehingga awal bulan Syawal akan masuk saat maghrib tanggal 18 Agustus. Oleh karena itu, tanggal 19 Agustus 2012 kita akan merayakan Idul Fitri (Lebaran) yang insya Allah akan dirayakan secara serentak di Indonesia dan di seluruh dunia.
Image
Gambar 5. Visibilitas hilal pada tanggal 18 Agustus 2012 yang menandakan masuknya bulan Syawal 1433 H atau 2012 M.

Demikian ulasan mengenai kemungkinan awal Ramadhan dan Syawal 1433 H/ 2012 M. Semoga dapat menambah wawasan dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kawan-kawan semua.

(The Vandalist)


Rabu, 04 Juli 2012

Biografi Dahlan Iskan

Dahlan Iskan (lahir tanggal 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur), dalam bukunya Ganti Hati ada cerita menarik tentang tanggal kelahiranya, Dahlan Iskan menuturkan bahwa tanggal tersebut dikarang sendiri oleh pak Dahlan karena pada waktu itu tidak ada catatan kapan dilahirkan dan orang tuanya juga tidak ingat tanggal kelahirannya. Dan kenapa pak Dahlan memilih tanggal 17 Agustus, karena bertepatan dengan tanggal kemerdekaan Indonesia dan supaya mudah diingat.

Dahlan kecil dibesarkan dilingkungan pedesaan dangan serba kekurangan, akan tetapi sangat kental akan suasana religiusnya. Ada cerita menarik yang saya baca pada buku beliau Ganti Hati yang menggambarkan betapa serba kekurangannya beliau ketika waktu kecil. Disitu diceritakan Dahlan kecil hanya memiliki satu celana pendek dan satu baju, tapi masih memiliki satu sarung!. Dan dengan joke-joke pak Dahlan yang segar beliau menceritakan kehebatan dari sarung yang dimiliki. Disini beliau menceritakan bahwa sarung bisa jadi apa saja. Mulai jadi alat ibadah, mencari rezeki, alat hiburan, fashion, kesehatan sampai menjadi alat untuk menakut-nakuti.

Kalau Dahlan kecil lagi mencuci baju, sarung bisa dikemulkan pada badan atasnya. Kalau lagi mencuci celana, sarung bisa dijadikan bawahan. Kalau lagi cari sisa-sisa panen kedelai sawah orang kaya, sarung itu bisa dijadikan karung. Kalau perut lagi lapar dan dirumah tidak ada makanan, sarung bisa diikatkan erat-erat dipinggang jadilah dia pengganjal perut yang andal. Kalau mau sholat jadilah dia benda yang penting unutk menghadap Tuhan. Kalau lagi kedinginan, jadilah dia selimut. Kalau sarung itu sobek masih bisa dijahit. Kalau ditempat jahitan itu robek lagi, masih bisa ditambal. Kalau tambalanya pun robek, sarung itu belum tentu akan pensiun. Masih bisa dirobek-robek lagi, bagian yang besar bisa digunakan sebagai sarung bantal dan bagian yang kecil bisa dijadikan popok bayi. Ada pelajaran yang bisa kita petik dari cerita beliau, bahwa apapun kondisi kita, baik kurang, cukup atau lebih kita harus tetap bersyukur, sabar dan harus menikmati semuanya dengan apa adanya.



Dahlan Iskan Bersama Jawa POS

Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya, The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London, Inggris.
Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000.

Karir Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda (Kalimantan Timur) pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.

Sejak akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta. [3][1] Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.[1]

 
info-biografi.blogspot.com


Dahlan Iskan Sang Maestro Bertutur




Hanya dalam seminggu buku GANTI HATI karya Dahlan Iskan [56 tahun] habis terjual. Diterbitkan JP Books, buku 328 halaman ini memuat kisah ganti hati alias transplantasi lever Pak Dahlan, bos Grup Jawa Pos, di Tianjin, Tiongkok. Operasi besar yang mahal, tapi juga sangat riskan bagi pasien.

Sebetulnya naskah karangan khas [features] ini sudah dimuat secara bersambung di halaman satu Jawa Pos sebanyak 32 seri. Tapi pembaca tidak puas. Mereka ingin mengoleksi tulisan enak ala Pak Dahlan dalam bentuk buku. Dan itu yang bikin buku ini laku keras.

"Setelah baca di tulisan-tulisan Pak Dahlan di Jawa Pos, saya justru semakin ingin membeli bukunya," ujar Pak Syamsul. Ia datang jauh-jauh dari Jember 'hanya' untuk mendapatkan buku GANTI HATI di Graha Pena, markas Jawa Pos, Jalan Ahmad Yani 88 Surabaya.

Menurut Mashud Yunasa, pengelola JP Books, buku GANTI HATI awalnya dicetak 30 ribu kopi. Langsung habis dalam sepekan. Padahal, belum semua permintaan terpenuhi. Maka, buku itu dicetak lagi 20 ribu kopi. Habis lagi. Cetak lagi. Nah, awal tahun 2008 diperkirakan sudah cetak 100 ribu lebih. Bukan main!

"Di Indonesia buku best seller baru habis enam bulan. Itu pun paling-paling cetak 5.000," ujar Mashud Yunasa. Dus, bisa dikatakan bahwa buku yang diluncurkan pada November 2007 ini merupakan best seller di Indonesia. Bisa jadi paling fenomenal dalam sejarah perbukuan di Indonesia.

Apa yang menarik dari GANTI HATI? Cerita tentang repotnya dokter-dokter di Tianjin mengganti lever Pak Dahlan? Bagaimana keluarga Pak Dahlan dag-dig-dug mengikuti proses transplantasi? Bagaimana Pak Dahlan harus sangat sabar menunggu lever hingga masuk ke ruang operasi? Bisa jadi, semuanya benar. Pak Dahlan menguraikan semua itu secara runut, jernih, gamblang.

Deskripsi atau penggambaran Pak Dahlan--elemen paling penting dalam tulisan features--sangat sempurna. Sejak masih mahasiswa, saya menganggap tulisan-tulisan Pak Dahlan termasuk the best di Indonesia. Ayah dua anak ini [Azrul dan Isna] sangat piawai menggambarkan sesuatu dalam kata-kata. Ibarat persilatan, Pak Dahlan termasuk pendekar pilih tanding. "Seng ada lawan," kata orang Ambon.

Namanya juga pendekar di rimba silat jurnalisme, Pak Dahlan memperkenalkan gaya baru dalam penulisan biografi di Indonesia. Judul buku memang GANTI HATI, proses transplantasi, pascatransplantasi, dan pernak-perniknya. Namun, kalau disimak baik-baik, Dahlan Iskan ingin bercerita tentang siapa sebenarnya dia. Buku ini menjadi ajang bagi Dahlan Iskan untuk menulis dirinya sendiri. Membeberkan dirinya kepada publik.

Masa kecil di Takeran, Magetan. Keluarga yang sangat miskin [kemiskinan struktural, miskin ramai-ramai.] "Baju kami sekeluarga tidak lebih dari 10," tulis Pak Dahlan. Saking bersahajanya, Dahlan kecil tak beralas kaki saat sekolah. Maka, cita-citanya sederhana saja: ingin punya SEPATU meskipun rombengan.

Gambaran kemiskinan di Takeran, kampung halaman Pak Dahlan, mungkin dramatis buat teman-teman yang tinggal di kota besar. Tapi bagi orang-orang desa, apalagi di luar Jawa, apalagi di Flores, bukan hal yang luar biasa. Memang demikianlah wajah kemiskinan di kampung-kampung kita.

Baju sekeluarga tak sampai 10. Rumah lantai tanah. Dinding bambu, atap daun kelapa (atau alang-alang). Tak pernah makan daging. Sebutir telur dimakan lima atau enam orang. Sekolah tak pakai sandal, apalagi sepatu. Banyak orang meninggal dunia karena tak ada dokter dan rumah sakit.

"Ah, ceritanya Pak Dahlan kok macam kita di Flores ya," komentar Frans, pria asal Flores, yang kerja di sebuah pabrik di Sidoarjo.

Nah, di sinilah menurut saya benang merah yang hendak disampaikan Pak Dahlan Iskan dalam bukunya. Yakni, MOTIVASI untuk berubah. Motivasi untuk mengubah nasib ke arah yang lebih. Okelah, kita lahir di kampung pelosok, desa terpencil, orang tua sangat miskin, penuh kekurangan. Tapi jangan sekali-kali engkau tangisi kemiskinanmu. Engkau harus kerja keras, kerja keras, kerja keras.

Jangan lupa berdoa [di buku ini terungkap bahwa Dahlan Iskan itu santri yang sangat religius]! Sebab, Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang kalau orang itu sendiri tidak mau mengubahnya. Jika masa lalumu yang miskin itu dikelola, dijadikan motivasi, maka hasilnya luar biasa. Pak Dahlan, kita tahu, merupakan 'raja media' di Indonesia. Ia mengelola ratusan media, sekian puluh anak perusahaan, yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Saya mulai membangun Jawa Pos dari sebuah koran yang hampir bangkrut. Saya harus bekerja sepanjang malam. Besoknya tidak pakai libur. Bahkan, sudah bekerja sejak pagi lagi. Sampai malam lagi. Begitu seterusnya. Tidak libur.

"Besoknya sepanjang malam lagi, sepanjang siang lagi dan sepanjang malam lagi. Tujuh hari seminggu, 30 hari sebulan, 350 hari setahun, dikurangi saat bepergian,"
tulis pria kelahiran 17 Agustus 1951 ini.

Oh, ya, mengenai tanggal lahir 17 Agustus ini ada cerita lucu di halaman 202 yang bikin anda tertawa-tawa. Ternyata, tanggal lahir itu dikarang sendiri oleh Pak Dahlan karena di Takeran tidak ada catatan kelahiran.

"Bagi saya, tidak tahu tanggal lahir tidak penting-penting amat. Saya putuskan sendiri saja: saya lahir tanggal 17 Agustus 1951," tulis Pak Dahlan. Hehehe....

Buku ini juga bernilai religius. Religiositas ala Dahlan Iskan, tentu saja. Di sepanjang tulisan-tulisannya Pak Dahlan 'menyusupkan' filosofinya tentang doa, Tuhan, hidup, umur manusia, kritiknya terhadap takhayul, serta pandangan-pandangan keagamaan yang picik. Ada muatan sekularisasi [harus dibedakan dengan sekularisme lho!] dan rasionalisasi paham keagamaan yang sangat kuat.

Saya terkesan dengan cerita tentang doa Pak Dahlan sebelum menjalani operasi cangkok hati pada 6 Agustus 2007. Pak Dahlan saat disorong memasuki ruang operasi mengaku belum sempat berdoa. Lalu, dia ingat, sebagai orang beriman, harus berdoa, apalagi menghadapi momen sangat krusial dalam hidupnya. Tapi doa apa?

"Saya tidak mau ada kesan bahwa saya sombong kepada Tuhan. Tapi, segera saja saya terlibat perdebatan dengan diri saya sendiri: harus mengajukan permintaan apa kepada Tuhan? Bukankah manusia cenderung minta apa saja kepada Tuhan sehingga terkesan dia malas berusaha?

"Saya tidak mau Tuhan mengejek saya sebagai orang yang bisanya hanya berdoa. Saya tidak mau Tuhan mengatakan kepada saya: Untuk apa kamu saya beri otak kalau sedikit-sedikit masih juga minta kepada-Ku?

"Karena itu, saya memutuskan tidak akan banyak-banyak mengajukan doa. Saya tidak mau serakah. Kalau saya minta-minta terus kepada Tuhan, kapan saya menggunakan pemberian Tuhan yang paling berharga itu: OTAK? Maka, saya putuskan akan berdoa sesimpel mungkin,"
papar Dahlan Iskan.

Singkat cerita, Pak Dahlan pun berdoa menjelang operasi. Doa pendek, cermin kepribadiannya. "Tuhan, terserah Engkau sajalah. Terjadilah yang harus terjadi...." tutur Pak Dahlan.

http://noenkcahyana.blogspot.com/2011/10/biografi-dahlan-iskan.html